Saya mencoba menulis tentang
Persija
yang juara tahun 1973 yang pastinya saya dapatkan dari berbagai sumber
seperti Koran-koran lama dan juga artikel majalah tempo. Saat itu yang
kita ketahui Persija berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Persebaya
dengan skor 1-0. Sebelum jauh bahas Final, kita lihat dulu perjalanan Persija menuju final kompetisi PSSI ini.
Kompetisi Nasional PSSI tahun 1973 dimulai pada hari minggu, 25
November 1973, saat itu Persija memulai kompetisi dengan mengalahkan PSL
Langsat denga skor cukup telak 5-2 di Stadion Utama Senayan, Jakarta.
Memang pada gelaran kali ini semuanya diadakan di Stadion GBK Jakarta.
Kontestan pada tahun bisa dibilang masih seperti biasanya, rival-rival
Persija masih tetap ancaman buat tim ibukota yang mencoba merebut gelar
juara kembali setelah terakhir tahun 1964. Persib Bandung, PSMS Medan,
PSM Ujungpandang, Persebaya Surabaya, Persipura Jayapura serta dua
debutan di 8 besar kompetisi PSSI PSBI Blitas dan PSL Langkat menghiasi
Kejuaraan Nasional 1973 ini.
Jelas dengan komposisi peserta seperti ini, media massa baik ibukota
dan nasional bakal meramalkan persaingan yang sengit dan keras untuk
merebut gelar juara PSSI tahun 1973 ini. Kita berbicara tentang Persija,
skill tinggi pemain-pemain dari ibukota menjadi daya tarik tersendiri
bagi penikmatnya, nama-nama seperti Anjas Asmara, Sofyan Hadi, Andi
Lala, Sutan Harhara, Risdianto, Iswadi Idris dan kiper Yudo Hadiyanto
serta pelatih yang juga pernah membawa Persija menjuarai Kompetisi PSSI
1964, Sinyo Aliandoe membuat banyak pihak percaya inilah tahunnya
Jakarta.
Nah, kembali ke perjalanan Persija, setelah mengalahkan PSL Langsat
dengan skor telak, Persija bertemu rival abadinya, Persib Bandung. Kali
Persib dibuat bertekuk lutut oleh anak-anak Ibukota, ya Persija berhasil
menaklukan Persib setelah pada babak pertama sangat menguasai jalannya
pertandingan, dibombardir secara terus menerus, pemain Persib terkena
handsball di dalam kotak pinalti, kesempatan tidak disia-siakan oleh
Anjas Asmara yang menempatkan bola ke sudut kiri kiper Persib.
Babak kedua berlangsung dan tensi makin memanas tetapi Persija tetap
menguasai jalannya pertandingan. Namun pada babak ini, sesekali Persib
melancarkan serangan yang membahayakan gawang Persija yang dikawal oleh
Yudo Hadiyanto.
Hampir frustasi, Persib akhirnya bermain keras menjurus kasar
tetapi sekali lagi pemain-pemain Persija tidak terpancing dan berhasil
menghasilkan gol lagi pada menit 71 lewat kaki Sofyan Hadi. Dan Persija
pun menang 2-0. Susunan pemain Persija yang mengalahkan Persib :
Persija : Yudo Hadiyanto, Sutan Harhara, I’im Ibrahim, Oyong Liza,
Widodo, Sofyan Hadi, Iswadi Idris, Arwiyanto, Risdianto, Anjas Asmara
dan Sumitra.
Pelatih ; Sinyo Aliandu
Setelah itu Persija menghadapi PSM Ujungpandang, dan lagi-lagi
Persija mampu menang dengan skor besar 5-1. Keesokan harinya Persija
harus kembali bertanding kali ini melawan “kuda hitam” PSBI Blitar,
lagi-lagi Persija berhasil dengan skor yang mencolok 5-0, Persija yang
turun dengan warna kebesarannya Merah, berhasil melumat PSBI dengan
sangat meyakinkan. Bahkan salah satu gol Persija yang dicetak oleh
Risdianto dihasilakan dengan cara spektakuler dengan cara salto, tentu
saat itu cara mencetak gol seperti Risdianto bisa dibilang gol dengan
teknik tinggi.
Selanjutnya Persija menghadapi salah satu musuh bebuyutannya, PSMS Medan. Pertandingan melawan Medan disaksikan oleh 100.000 penonton di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Persija tertinggal 0-2
terlebih dahulu setelah Parlin Siagian dan Zulkarnaen berhasil membobol
gawang Yudo Hadiyanto. Persija memang sangat kewalahan menghadapi
permainan-permainan anak-anak Medan, tetapi bukan Persija bila tidak
ngotot untuk menyamakan kedudukan. Pada menit 81 Risdianto berhasil
menggetarkan gawang Ronny Pasla dan member harapan untuk Persija, dan
momentum ini tidak disia-siakan Persija, bek kiri Persija I’im Ibrahim
berhasil menceploskan bola ke gawang PSMS sesaat menjelang selesainya
pertandingan. Pertandingan ber-class ini pun akhirnya berkesudahan
dengan skor 2-2.
Susunan pemain Persija saat menghadapi PSMS :
Persija : Yudo
Hadiyanto, Sutan Harhara, I’im Ibrahim, Oyong Liza, Widodo, Sofyan Hadi,
Iswadi Idris, Arwiyanto, Anjas Asmara/Salmon Nasution, Risdianto dan
Andi Lala/Suhanta.
Pelatih : Sinyo Aliandu
Pertadingan berikutanya Persija bertemu dengan Persipura. Pada pertandingan ini Persija hanya mampu menang dengan skor tipis 1-0
lewat gol pinalti Anjas Asmara, pertandingan Persija kali ini sangat
berbeda, Persija seakan mati kutu dengan pertahanan rapat Persipura.
Beruntung pemain Persipura terkena handball didalam kotak pinalti dan
Anjas Asmara lagi-lagi dengan tenang menceploskan bola ke gawang Jimmy
Pieters, penjaga gawang Persipura.
Pertandingan terakhir Persija pada Kompetisi PSSI Tahun 1973 adalah
partai “Final” bagi Persija dan Persebaya, pertandingan ini sangat
menentukan siapa juara PSSI tahun 1973 ini. Pertadingan “Final” yang
mempertemukan rivalitas antara Jakarta dan Surabaya, berlangsung
sangatlah keras untuk ukuran olahraga sepakbola. Terjadi tawuran antara
pemain Persija dengan para pemain Persebaya, tawuran massal ini menurut
Koran Merdeka tahun 1973 dimulai belum lama saat babak pertama dimulai.
Kejadian yang diakibatkan karena salah satu pemain Persija, yaitu
Sutan Harhara memotong kaki dari pemain Persebaya, yaitu Abdul Kadir,
memancing amarah pemain-pemain Persebaya. Tidak lama kemudian pecahlah
tawuran missal di lapangan, dimana Oyong Liza dikeroyong beberapa pemain
Persebaya, turut serta pula bintang Persija kala itu Sutan Harhara dan
Anjas Asmar terlibat didalamnya. Begitu pula dengan Rusdi Bahalwan yang
saat itu masih menjadi pemain Persebaya dikeroyok oleh pemain-pemain
Persija. Aparat keamanan pun turun kelapangan untuk meredakan situasi
yang bisa dibilang total chaos.
Kericuhan ini mengakibatkan pertandingan dihentikan selama 10
menit setelah kedua belah pihak sepakat melupakan kejadian adu jotos
itu. Perlu diketahui juga, penonton saat itu sangat membludak. Hampir
tidak ada bangku kosong di dalam stadion bahkan banyak pula yang berdiri
dan juga tidak masuk ke dalam stadion. Persija tentunya turun dengan
pemain-pemain terbaiknya, seperti Anjas Asmara, Iswadi Idris, Oyong
Liza, Sofyan Hadi, Sutan Harhara dan kiper Yudo Hadiyanto.
Di Persebaya juga diiisi pemain-pemain hebat, seperti Rusdi
Bahalwan, Abdul Kadir, Waskito, dkk. Maka tak heran bila pertandingan
ini begitu dinanti-nanti terlebih lagi oleh warga kota yang mengharapkan
Persija kembali juara setelah terakhir kali mereka meraih juara pada
tahun 1964. Tentunya gelar juara sangat dinanti oleh Jakarta, berisi
pemain-pemain dengan teknik dan skill tinggi, Persija sangatlah
diunggulkan untuk merebut juara.
Nah, kembali ke pertandingan final, setelah sempat diberhentikan,
Persebaya sangat menguasai jalannya pertandingan. Kiper Persebaya Harry
Tjong bahkan terlihat sangat tidak bekerja keras, bahkan hanya seperti
jogging saja, dilain sisi kiper Yudi Hadiyanto jatuh bangun menghalau
serangan-serangan dari Persebaya.
Pada babak kedua pun sama saja, Persebaya tetap menguasa jalannya
pertandingan. Persija dengan sabar meladeni serangan-serangan yang
menggebu-gebu dari para pemain Persebaya. Para penonton percaya bahwa
gol kemenangan Persebaya hanya tinggal menunggu waktu saja. Tetapi bukan
Persija namanya jik harus pasrah dengan keadaan. Yap, berawal dengan
tendanga bebas di menit 81, Risdianto memberi umpan manis kepada
penyerang Persija, dan saat itulah muncul Andi Lala yang menceploskan
bola ke gawang Harry Tjong.
Tentu gol ini disambut gemuruh penonton di Stadion, ya warga kota
tak menyangka dengan gol tersebut, setelah berjam-jam Persija dikurung
oleh permainan Persebaya, akhirnya Persija berhasil menceploskan gol ke
gawang Persebaya. Andi Lala menjadi pahlawan Persija.
Permainan berlanjut dan kali ini giliran kiper Yudo Hadiyanto yang
bersantai-santai dan sesekali memainkan bola dengan kakinya. Peluit
babak kedua pun ditiup, tanda pertadingan telah selesai dan Persija
keluar sebagai juaranya.
Warga kota bergembira, pemain pun meluapkan
kegembiraannya dengan berkeliling stadion sambil mengibarkan bendera
“JAYA RAYA” simbol Jakarta dan Persija. Dengan kostum mereka berwarna
merah, mereka berbaur dengan warga kota yang sebagian ikut turun ke
lapangan menikmati gelar juara bersama para pemain-pemain Persija.
Kenangan indah di tahun 1973, dan saat itu pun majalah Tempo
memberikan judul Hadiah Untuk Warga Kota sebagai headline berita mereka
dalam menyambut gelar juara Persija.
Terima Kasih, Pahlawan !
*sumber-sumber didapat dari Koran Harian Merdeka dan Kompas tahun
1973 serta majalah Tempo 1973 yang tentunya diketik lagi dengan tulisan
dari saya sendiri.