Minggu, 22 Januari 2012

Tentang Persija

Bicara opini tentang Persija, boleh dibilang Persija adalah sebuah alat perjuangan. Sebuah alat perjuangan  untuk menjadi yang terdepan. Sebuah alat perjuangan untuk bias meraih kemenangan. Persija boleh juga dibilang sebagai alat pemersatu bangsa. Karena Persija, berbagai suku dari seluruh penjuru tanah air bersatu, bernyanyi, dan berteriak dengan lantang mengumandangkan nama besar Persija dari sisi tribun stadion.
Ketika sepakbola Jakarta menyatukan warna kami, berbagai latar belakang sejenak ditinggalkan. Berbagai kesibukan sejenak dihentikan. Semua beramai-ramai datang untuk memenuhi isi stadion walaupun jarak dan rintangan terkadang menjadi cobaan dalam pikiran.
Semua dikorbankan demi menumpahkan kerinduan pada Persija. Hasil menang ataupun kalah bukanlah hal yang terpenting untuk menjawab sebuah rasa kerinduan para supporter setianya, The jakmania.
Jawaban atas kerinduan itu adalah skema permainan cantik dari Persija yang ditampilkan serta tetap menjunjung tinggi sportivitas kepada setiap lawannya di atas lapangan hijau.
Ketika warna-warna tersebut telah bersatu padu berkiblat pada nama besar Persija, kreativitas tak pernah berhenti ditampilkan dari para The Jakmania. Semua elemen The Jakmania seperti ingin
berlomba-lomba memberikan bakti terbaik untuk Persija lewat cara meraka masing-masing. “Cintai Persija dengan cara apapun, sebisa dan semampu kita”, kalimat itu yang biasa  dikumandangkan dalam hati untuk membakar semangat perjuangan. Banyak cara positif yang bisa dipersembahkan untuk
mendukung tim kebanggaan ibukota tersebut. Sekarang tergantung bagaimana kita mengekspresikan kecintaan tersebut lewat jalan yang kita anggap mampu untuk kita tempuh.
Saat tribun stadion menjadi tempat yang nyaman untuk bersatu. Serta yel-yel dan nyanyian dikumandangkan untuk membakar semangat juang. Dan ketika atmosfir pertandingan sejenak mampu
melupakan penatnya kehidupan. Maka dengan senyuman bangga hati ini berkata  “terima kasih Persija, terima kasih karena telah menyatukan banyak perbedaan”.