Minggu, 22 Januari 2012

Memori 1973, Juara Untuk Warga Kota

Saya mencoba menulis tentang Persija yang juara tahun 1973 yang pastinya saya dapatkan dari berbagai sumber seperti Koran-koran lama dan juga artikel majalah tempo. Saat itu yang kita ketahui Persija berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Persebaya dengan skor 1-0. Sebelum jauh bahas Final, kita lihat dulu perjalanan Persija menuju final kompetisi PSSI ini.
Kompetisi Nasional PSSI tahun 1973 dimulai pada hari minggu, 25 November 1973, saat itu Persija memulai kompetisi dengan mengalahkan PSL Langsat denga skor cukup telak 5-2 di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Memang pada gelaran kali ini semuanya diadakan di Stadion GBK Jakarta. Kontestan pada tahun bisa dibilang masih seperti biasanya, rival-rival Persija masih tetap ancaman buat tim ibukota yang mencoba merebut gelar juara kembali setelah terakhir tahun 1964. Persib Bandung, PSMS Medan, PSM Ujungpandang, Persebaya Surabaya, Persipura Jayapura serta dua debutan di 8 besar kompetisi PSSI PSBI Blitas dan PSL Langkat menghiasi Kejuaraan Nasional 1973 ini.
Jelas dengan komposisi peserta seperti ini, media massa baik ibukota dan nasional bakal meramalkan persaingan yang sengit dan keras untuk merebut gelar juara PSSI tahun 1973 ini. Kita berbicara tentang Persija, skill tinggi pemain-pemain dari ibukota menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya, nama-nama seperti Anjas Asmara, Sofyan Hadi, Andi Lala, Sutan Harhara, Risdianto, Iswadi Idris dan kiper Yudo Hadiyanto serta pelatih yang juga pernah membawa Persija menjuarai Kompetisi PSSI 1964, Sinyo Aliandoe membuat banyak pihak percaya inilah tahunnya Jakarta.
Nah, kembali ke perjalanan Persija, setelah mengalahkan PSL Langsat dengan skor telak, Persija bertemu rival abadinya, Persib Bandung. Kali Persib dibuat bertekuk lutut oleh anak-anak Ibukota, ya Persija berhasil menaklukan Persib setelah pada babak pertama sangat menguasai jalannya pertandingan, dibombardir secara terus menerus, pemain Persib terkena handsball di dalam kotak pinalti, kesempatan tidak disia-siakan oleh Anjas Asmara yang menempatkan bola ke sudut kiri kiper Persib.
Babak kedua berlangsung dan tensi makin memanas tetapi Persija tetap menguasai jalannya pertandingan. Namun pada babak ini, sesekali Persib melancarkan serangan yang membahayakan gawang Persija yang dikawal oleh Yudo Hadiyanto.
Hampir frustasi, Persib akhirnya bermain keras menjurus kasar tetapi sekali lagi pemain-pemain Persija tidak terpancing dan berhasil menghasilkan gol lagi pada menit 71 lewat kaki Sofyan Hadi. Dan Persija pun menang 2-0.
Susunan pemain Persija yang mengalahkan Persib :
Persija : Yudo Hadiyanto, Sutan Harhara, I’im Ibrahim, Oyong Liza, Widodo, Sofyan Hadi, Iswadi Idris, Arwiyanto, Risdianto, Anjas Asmara dan Sumitra.
Pelatih ; Sinyo Aliandu
Setelah itu Persija menghadapi PSM Ujungpandang, dan lagi-lagi Persija mampu menang dengan skor besar 5-1. Keesokan harinya Persija harus kembali bertanding kali ini melawan “kuda hitam” PSBI Blitar, lagi-lagi Persija berhasil dengan skor yang mencolok 5-0, Persija yang turun dengan warna kebesarannya Merah, berhasil melumat PSBI dengan sangat meyakinkan. Bahkan salah satu gol Persija yang dicetak oleh Risdianto dihasilakan dengan cara spektakuler dengan cara salto, tentu saat itu cara mencetak gol seperti Risdianto bisa dibilang gol dengan teknik tinggi.
Selanjutnya Persija menghadapi salah satu musuh bebuyutannya, PSMS Medan. Pertandingan melawan Medan disaksikan oleh 100.000 penonton di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Persija tertinggal 0-2 terlebih dahulu setelah Parlin Siagian dan Zulkarnaen berhasil membobol gawang Yudo Hadiyanto. Persija memang sangat kewalahan menghadapi permainan-permainan anak-anak Medan, tetapi bukan Persija bila tidak ngotot untuk menyamakan kedudukan. Pada menit 81 Risdianto berhasil menggetarkan gawang Ronny Pasla dan member harapan untuk Persija, dan momentum ini tidak disia-siakan Persija, bek kiri Persija I’im Ibrahim berhasil menceploskan bola ke gawang PSMS sesaat menjelang selesainya pertandingan. Pertandingan ber-class ini pun akhirnya berkesudahan dengan skor 2-2.
Susunan pemain Persija saat menghadapi PSMS :
Persija : Yudo Hadiyanto, Sutan Harhara, I’im Ibrahim, Oyong Liza, Widodo, Sofyan Hadi, Iswadi Idris, Arwiyanto, Anjas Asmara/Salmon Nasution, Risdianto dan Andi Lala/Suhanta.
Pelatih : Sinyo Aliandu
Pertadingan berikutanya Persija bertemu dengan Persipura. Pada pertandingan ini Persija hanya mampu menang dengan skor tipis 1-0 lewat gol pinalti Anjas Asmara, pertandingan Persija kali ini sangat berbeda, Persija seakan mati kutu dengan pertahanan rapat Persipura. Beruntung pemain Persipura terkena handball didalam kotak pinalti dan Anjas Asmara lagi-lagi dengan tenang menceploskan bola ke gawang Jimmy Pieters, penjaga gawang Persipura.
Pertandingan terakhir Persija pada Kompetisi PSSI Tahun 1973 adalah partai “Final” bagi Persija dan Persebaya, pertandingan ini sangat menentukan siapa juara PSSI tahun 1973 ini. Pertadingan “Final” yang mempertemukan rivalitas antara Jakarta dan Surabaya, berlangsung sangatlah keras untuk ukuran olahraga sepakbola. Terjadi tawuran antara pemain Persija dengan para pemain Persebaya, tawuran massal ini menurut Koran Merdeka tahun 1973 dimulai belum lama saat babak pertama dimulai.
Kejadian yang diakibatkan karena salah satu pemain Persija, yaitu Sutan Harhara memotong kaki dari pemain Persebaya, yaitu Abdul Kadir, memancing amarah pemain-pemain Persebaya. Tidak lama kemudian pecahlah tawuran missal di lapangan, dimana Oyong Liza dikeroyong beberapa pemain Persebaya, turut serta pula bintang Persija kala itu Sutan Harhara dan Anjas Asmar terlibat didalamnya. Begitu pula dengan Rusdi Bahalwan yang saat itu masih menjadi pemain Persebaya dikeroyok oleh pemain-pemain Persija. Aparat keamanan pun turun kelapangan untuk meredakan situasi yang bisa dibilang total chaos.
Kericuhan ini mengakibatkan pertandingan dihentikan selama 10 menit setelah kedua belah pihak sepakat melupakan kejadian adu jotos itu. Perlu diketahui juga, penonton saat itu sangat membludak. Hampir tidak ada bangku kosong di dalam stadion bahkan banyak pula yang berdiri dan juga tidak masuk ke dalam stadion. Persija tentunya turun dengan pemain-pemain terbaiknya, seperti Anjas Asmara, Iswadi Idris, Oyong Liza, Sofyan Hadi, Sutan Harhara dan kiper Yudo Hadiyanto.
Di Persebaya juga diiisi pemain-pemain hebat, seperti Rusdi Bahalwan, Abdul Kadir, Waskito, dkk. Maka tak heran bila pertandingan ini begitu dinanti-nanti terlebih lagi oleh warga kota yang mengharapkan Persija kembali juara setelah terakhir kali mereka meraih juara pada tahun 1964. Tentunya gelar juara sangat dinanti oleh Jakarta, berisi pemain-pemain dengan teknik dan skill tinggi, Persija sangatlah diunggulkan untuk merebut juara.
Nah, kembali ke pertandingan final, setelah sempat diberhentikan, Persebaya sangat menguasai jalannya pertandingan. Kiper Persebaya Harry Tjong bahkan terlihat sangat tidak bekerja keras, bahkan hanya seperti jogging saja, dilain sisi kiper Yudi Hadiyanto jatuh bangun menghalau serangan-serangan dari Persebaya.
Pada babak kedua pun sama saja, Persebaya tetap menguasa jalannya pertandingan. Persija dengan sabar meladeni serangan-serangan yang menggebu-gebu dari para pemain Persebaya. Para penonton percaya bahwa gol kemenangan Persebaya hanya tinggal menunggu waktu saja. Tetapi bukan Persija namanya jik harus pasrah dengan keadaan. Yap, berawal dengan tendanga bebas di menit 81, Risdianto memberi umpan manis kepada penyerang Persija, dan saat itulah muncul Andi Lala yang menceploskan bola ke gawang Harry Tjong.
Tentu gol ini disambut gemuruh penonton di Stadion, ya warga kota tak menyangka dengan gol tersebut, setelah berjam-jam Persija dikurung oleh permainan Persebaya, akhirnya Persija berhasil menceploskan gol ke gawang Persebaya. Andi Lala menjadi pahlawan Persija.
Permainan berlanjut dan kali ini giliran kiper Yudo Hadiyanto yang bersantai-santai dan sesekali memainkan bola dengan kakinya. Peluit babak kedua pun ditiup, tanda pertadingan telah selesai dan Persija keluar sebagai juaranya.
Warga kota bergembira, pemain pun meluapkan kegembiraannya dengan berkeliling stadion sambil mengibarkan bendera “JAYA RAYA” simbol Jakarta dan Persija. Dengan kostum mereka berwarna merah, mereka berbaur dengan warga kota yang sebagian ikut turun ke lapangan menikmati gelar juara bersama para pemain-pemain Persija.
Kenangan indah di tahun 1973, dan saat itu pun majalah Tempo memberikan judul Hadiah Untuk Warga Kota sebagai headline berita mereka dalam menyambut gelar juara Persija.
Terima Kasih, Pahlawan !
*sumber-sumber didapat dari Koran Harian Merdeka dan Kompas tahun 1973 serta majalah Tempo 1973 yang tentunya diketik lagi dengan tulisan dari saya sendiri.